Untuk memberikan pengertian
atau batasan yang tepat pada istilah seni tari tidaklah mudah, karena sifat dan
ragamnya sangat dinamis. Sudah banyak tokoh seni tari yang mencoba memberikan
pengertian atau batasan tentang seni tari ini, namun hasilnya berbeda-beda dan
sangat dipengaruhi oleh latar belangkan serta pandangannya terhadap seni tari
itu sendiri. Hal ini kemudian dapat memberikan gambaran, bahwa siapa saja dapat
menafsirkan pandangannya terhadap seni tari. Pada akhirnya batasan seni tari
kemudian menjadi sangat subjektif. Walaupun demikian tentunya masing-masing
pendapat yang diutara tersebut dapat dipertanggungjawabkan oleh pembuatnya.
Menurut seorang John Martin dari Amerika yang ditulis dalam bukunya berjudul The Modern Dance, tari adalah gerak. Lebih lanjut dijelaskan bahwa gerak adalah subtansi dari tari merupakan pengalaman fisik yang sangat elemneter dari kehidupan manusia. Gerak bukan hanya terdapat pada seluruh deyut tubuh manusia dalam menhayati kehidupan, tetapi juga merupakan ekspresi dari segala pengalaman emosi manusia.
Seorang Curt Sachs dari Jerman
dalam bukunya yang berjudul World History
of The Dance, Mengemukakan bahwa tari adalah gerak yang ritmis. Dari definisi
ini Curt Sachs lebih memberikan tambahan pengertian bahwa tari itu bukan
semata-mata gerak, karena gerak belumlah cukup memberikan jawaban terhadap
pengertian tari. Menurutnya gerak dalam tari adalah gerak yang indah, yang
telah mengalami stilisasi dan memiliki pola ritmis. Oleh karenanya ditambahkan
unsur ritmis dalam batasan yang dibuatnya.
Berbeda dengan Kamaladevi
Chattopadhyaya dari India, menyatakan bahwa tari itu merupakan suatu insting, suatu
desakan emosi di dalam diri kita yang mendorong kita untuk mencari ekspresi
pada tari, yaitu gerakan-gerakan luar yang ritmis yang lama kelamaan nampak
mengarah pada bentuk-bentuk tertentu. Pendapat ini lahir didasarkan pada
pemahaman bahawa tari itu adalah kodrat atau insting bagi manusia, dan bahwa
materi dasar tari adala gerak dan ritme.
Corrie Hartong dalam bukunya Danskunst, lebih merinci lagi
pendapatnya tentang tari melalui pedekatan unsur yang terkait dengan
pembentukan tari ini sendiri. Tari adalah gerak-gerak yang berbentuk dan ritmis
dari badan di dalam ruang. Pendapat ini memberikan pengertian bahwa tari itu
adalah rangkaian gerak yang memiliki bentuk dan berirama, dihadirkan dari tubuh
penari yang membutuhkan ruang.
Soedarsono dalam Dua Pusat Perkembangan Tari Tradisional di
Indonesia memberikan pendapat, bahwa tari adalah ekspresi jiwa manusia
melalui gerak-gerak ritmis yang indah. Selanjutnya dikatakan bahwa gerak-gerak
ritmis dalam tari itu merupakan subtansi dasar tari, namun bila gerak ritmis
itu adalah gerak keseharian atau gerak natural maka belum dapat dikatakan tari.
Gerak ritmis dalam tari haruslah mengalami stilisasi agar lahir keindahan, dan
keindahan di sini bukan sekedar bermakna bagus namun mampu memberikan kepuasan
kepada orang lain.
Pendapat tentang batasan yang
dikemukaan oleh beberapa tokoh ini pada prinsipnya telah memberikan pemahaman
hakikat seni tari pada umumnya. Bagi penuis masih ada hal lain yang perlu
diketahui lebih dalam dari apa yang telah diutarakan dalam batasan seni tari
tersebut, sehingga ada pemahaman gerak ritmis yang indah itu menunjukan sifat
seni dan yang bukan seni. Mengacu pada
sifat dasar seni yang paling prinsip dan yang dapat membedakan antara seni dan
bukan seni adalah sifat indah dan
kreatif, maka bagi penulis batasan seni
tari selengkapnya bila ditambah dengan prinsip kreatif. Jadi bagi penulis seni tari adalah ekspresi
jiwa manusia yang diungkap secara kreatif melalui media gerak tubuh manusia
yang bertenaga dan berirama di dalam ruang serta membangun keindahan.
B.
UNSUR TARI
Banyak yang mengatakan bahwa
tari itu adalah gerak, sehingga substansi yang paling penting dalam tarian
adalah gerak. Pendapat ini seolah-olah gerak bisa hidup sendiri dalam tari.
Kalau disimak secara seksama, maka tari itu memiliki bermacam unsur, yakni:
1.
GERAK
Gerak, pada
dasarnya adalah proses perpindahan atau peralihan dari satu pose menuju pose
yang lainnya. Dalam pengertian ini berarti gerak juga merupakan sebuah
pergeseran dari satu tepat menuju tempat yang lainnya. Bila dilihat secara
seksama, maka ada beberapa macam gerak dalam kehidupan ini, yakni:
a.
Gerak Keseharian,
adalah gerak yang dilakukan manusia untuk melakukan aktivitas kebutuhan
sehari-hari, misalnya: berjalan, berkerja, makan/minum, dan sebagainya.
b.
Gerak Reflek,
adalah geraknya yang dilakukan seseorang atas reaksi seketika akibat terkena
sesuatu dari luar dirinya. Gerak ini sifatnya spontan atau tiba-tiba dan tidak
terpikirkan lebih dahulu sehingga bentuknya tidak terkontrol. Contonya ketika
seseorang terkena sengatan aliran listrik, tersetuh barang panas, terkejut
ketika secara mendadak dicolek atau ditepuk bahunya oleh orang lain, dan
sebagainya
c.
Gerak Kesegaran Jasmani,
adalah gerak yang dilakukan seseorang untuk tujuan kesegaran jasmani atau
terapi fisik, misalnya senam, yoga, atau gerak-gerak terapi fisik lainya yang
dilakukan seorang tutor dalam penyembuhan sakit.
d.
Gerak stilisasi,
adalah gerak yang bertujuan untuk mengekspreskan perasaan seseorang yang ingin
dikomunikasikan kepada orang lain. Gerak ini telah mengalami stilisasi dari
gerak wantah, atau dapat pula merupakan hasil dari penyimbolan seseorang
terhadap suatu peristiwa. Jadi yang dimaksud gerak stilisasi disini adalah
gerak yang sering kita saksikan dalam seni pertunjukan, yaitu gerak untuk
tujuan ungkapan estetik.
Gerak Dalam
Pertunjukan Tari sangatlah berbeda dengan gerak pada umumya. Dalam tari gerak
sudah mengalami stilisasi atau bahkan distorsi, dan terpola dalam tatanan
ritmis. Walau demikian gerak dalam pertunjukan tari masih dapat dibedakan atas
lima macam, yakni:
a.
Gerak terpola,
yakni gerak yang memiliki terpola baik bentuk, teknik, dan ritmenya. Gerak
semacam ini biasanya dalam tari disebut ragam, motif, atau kalimat. Berdasarkan
pada kualitas gerak, maka dapat dibedakan atas kualitas yang bergetar,
mengayun, patah-patah, atau mengalun.
b.
Gerak spontan,
gerak ini sering terjadi atau sering kita saksikan dalam seni pertunjukan
tradisi kita. Merupakan gerak yang dilakukan oleh seorang penari secara
tiba-tiba dan biasanya sesaat, sehingga bentuknya semacam gerak reflek. Hadir
karena secara spontan menanggapi atau merespon kajadian sesaat dalam sebuah
adegan. Misalnya dalam adegan lawakan, seorang pelawak membuat kejutan terhadap
kawan bermainnya dan secara tiba-tiba kawan bermain tersebut membuat gerak
spontan, atau dalam adegan perang biasanya gerak ini sering muncul. Karakter
gerak ini biasanya tidak terpola baik bentuk, teknik, maupun ritmenya.
c.
Gerak improvisasi,
yakni gerak yang dilakukan oleh seorang penari secara tiba-tiba atas upaya
kreatifnya menanggapi situasi atau suasana adegan saat di atas panggung.
Walaupun dilakukan oleh seorang penari secara tiba-tiba, namun gerakan ini
masih memiliki kontrol terhadap bentuk, teknik, dan ritmenya.
d.
Gerak maknawi, adalah
gerak yang memiliki makna atau gerak yang
mengandung arti. Dalam jenis ini, gerakan seorang penari di atas panggung merupakan
gerak yang menggambarkan atau bahkan menyimbolkan sesuatu yang ingin
disampaikan kepada penonton. Kalau kita memilihat pertunjukan tari yang jenis
dramatari, maka gerak-gerak manakwi ini akan sering mucul. Hal ini disebabkan
oleh karakter dramatari yang selalu ingin memperjelas pesan atau isi yang
dibawakan dalam tarian. Gerak maknawi ini adalah gerak yang diciptakan dari
usaha stilisasi atau bahkan distorsi dari gerak keseharian atau gerak wantah.
Bentuk-bentuk stilisasi misalnya dalam bentuk gerak tradisi kita adalah gerak
ulap-ulap, wedi kengser, usap rawis, lumaksana, dan sebagainya. Lebih jauh dari
sebuah upaya stilisasi yaitu distorsi dapat melahirkan gerak simbolis yang
terkadang tidak dapat lagi diketahui asal atau maksud penyimbolannya.
e.
Gerak murni,
adalah gerak yang diciptakan atas dasar pertimbangan gerak semata tanpa memikirkan
tema atau makna yang terlahir dari gerak tersebut. Gerakan ini sering kita saksikan
dalam komposisi tari yang memiliki bentuk gerak dan lagu. Seringkali gerak yang
muncul semata hanya penggabungan antara gerak dan ritme musik dengan tanpa
memikirkan kepentingan isi yang terkandung dalam tarian.
2.
MUSIK
Musik dalam
tari adalah suatu pola ritmis yang dapat memberikan makna, struktur, dinamika,
serta kekuatan gerak tari. Gerak tanpa musik rasanya belum lengkap, walau musik
yang dihadirkan adalah unsurnya saja; misalnya ada gerak tari yang tidak
menggunakan musik secara fisik sebagai pengiring, namun unsur musik yang
dinamakan ritme harus selalu dipertimbangkan kalau gerak tersebut ingin
bermakna, memiliki struktur, dinamika, serta kekuatan. Dalam tari musik dapat
hadir dengan bentuk yang eksternal ataupun internal. Dalam bentuk eksternal
musik hadir dari luar diri penari, sedangkan nternal musik datang dari tubuh
penari misalnya dengan tepukan, vokal dan sebagainya.
Untuk iringan tari, musik dapat
dibedakan dalam tiga jenis yakni:
a.
Musik
sebagai pengiring tari, bila hadirnya musik hanya diperankan untuk mengiringi
sebuah tarian.
b.
Musik
sebagai illustrasi, bila hadirnya musik sekedar berperan sebagai bentuk
ilustrasi dari sebuah tarian.
c.
Musik
sebagai patner gerak, bila hadirnya musik dalam tari bukan semata mengiringi,
atau menjadi latar, namun lebih memiliki karakter untuk dapat bersama-sama
mengekspresikan maksud dari tarian.
3.
TATA RIAS DAN BUSANA
Adalah
segala macam benda yang melekat pada tubuh penari, selain berfungsi sebagai
penutup tubuh, juga memperindah seseorang dalam tampilannya. Tata rias dan
busana dalam seni tradisi kita masih memiliki fungsi yang sangat penting. Kehadirannya
dalam sebuah pertunjukan tari, keduanya apakah tatarias atau tatabusana secara
umum dapat memperkuat ekspresi, penokohan, serta keindahan. Selain itu ia juga
dapat memberikan menggabarkan peristiwa di atas panggung tentang siapa,kapan,
dan dimana peristiwa yang digambarkan dalam pertunjukan itu terjadi.
4.
PROPERTI
Merupakan alat
atau apapun yang dimainkan oleh penari di atas panggung (arena pentas).
Kehadiran properti biasanya digunakan untuk membantu memperjelas karakter,
peristiwa, ruang, atau bahkan memamerkan ketrampilan teknik dari para penari di
atas panggung. Misalnya: keris, gada, payung, sampur, bangku, dan sebagainya.
5.
SETTING
Adalah
suatu penataan benda-benda (skeneri) di atas panggung. Setting ini biasanya
berfungsi untuk membantu memperjelas peristiwa atau kejadian yang sedang
digambarkan dalam tarian. Ada yang bentuknya dua demensi, ada pula yang tiga
demensi. Bentuk dua demensi biasanya terbuat dari kain bisa diberi lukisan dan
dipasang sebagai border atau teaser. Adapun yang tiga demensi biasanya tiruan
benda sesungguhnya ditata dalam arena panggung. Bentuk-bentuk setting semacam
ini sering kita saksikan dalam seni pertunjukan tradisi kita.
6.
LIGTHING
Adalah
suatu penataan cahaya di arena pentas. Sumber cahaya dapat dibedakan atas
sumber cahaya dari tenaga surya (matahari), api (obor, lilin, dan sejenisnya),
dan tenaga listrik (lampu). Dari sumber cahaya yang berbeda akan membawa efek
yang berbeda pula. Dalam pertunjukan yang menggunakan waktu siang hari dan
dilaksanakan di tanah lapang biasanya sumber cahaya menggunakan matahari.
Sedangkan pertunjukan yang dilakukan dalam gedung tertutup, bisa menggunakan sumber
cahaya api atau listrik (lampu). Walaupun sumber cahaya api dapat digunakan
dalam gedung tertutup, namun hal ini sangat kurang aman, asapnya pun kadang
sangat mengganggu penonton apabila berlebihan.
Dilihat
dari fungsi atau tujuan penataan cahaya dalam arena pentas ini dapat dibedakan
atas dua fungsi, yakni fungsi penerangan dan fungsi penyinaran. Fungsi
penerangan, bila cahaya yang dihadirkan semata-mata hanya menerangi arena untuk
menghapus kegelapan. Penggunaan cahaya yang semacam ini sering disebut dengan general illumination. Adapun fungsi
penyinaran adalah bila cahaya yang dihadirkan bertujuan untuk membangun situasi
dramatik dari sebuah pertunjukan, tata cahaya yang semacam ini sering disebut
dengan specific illumination.
7.
ARENA PENTAS
Arena
pentas adalah arena tempat penari bermain atau menarikan sebuah tarian. Pada
dasarnya ada tiga jenis arena pentas yang paling banyak dikenal di Indonesia,
yakni:
a. Pangung
Prosenium
Pangung prosenium adalah
panggung yang berbingkai, di sisi samping terdapat wing dan di bagian atas ada
teaser. Bentuk panggung ini dulunya dibawa orang-orang Belanda ketika hendah
mementaskan tonil di Indonesia. Jenis panggung ini sampai kini banyak dimiliki
oleh lembaga-lembaga kesenian, atau bahkan seni pertunjukan tradisi kita yang
menggunakannya. Misalnya, seni pertunjukan Janger/Damarwulan, Wayang Orang,
Ludrug, dan sebagainya.
b. Pendapa
Arena ini Sudah lama menjadi
arena pertunjukan di Jawa khususnya. Pendapa ini asalnya digunakan untuk seni
pertunjukan di istana Jawa. Ciri bentuk yang sangat khas adalah adanya tiang
penyangga bangunan yang sering disebut saka.
Pendapa ini banyak dimiliki oleh lembaga-lembaga pemerintah di Jawa dari Lurah
hingga Gubernur.
c. Arena
Terbuka
Adalah panggung atau arena
pertunjukan yang bentuknya terbuka tanpa diberi atap. Jenis arena ini memiliki
bentuk yang beragam, bisa merupa tanah lapang, amphi teater, halaman pura di
Bali, panggung yang dibuat terbuka berada di tengah lapang, dan sebagainya.
Dari ketujuh elemen tari ini
tidak selalu hadir bersamaan dalam sebuah tarian, kadang ada tarian yang tidak
menggunakan properti atau yang lainnya. Ketujuh hal ini setidaknya sering kita
temui dalam berbagai tari. Oleh karenanya penulis merinci ketujuh hal ini
merupakan unsur yang terdapat dalam tarian.
Tq, atas artikelnya.
BalasHapusijin Sedot gan,.
ya, sama-sama.
HapusSilahkan.
ngga jelas banget, judulnya tari tani tapi isinya tari secara umum, heuhh..
BalasHapus